Jumat, 28 Desember 2012

Budaya di Cirebon

Populasi kota Cirebon adalah 298.224 pada Sensus Indonesia tahun 2010. Seperti kota-kota pesisir lainnya di Indonesia, populasi besar etnis Tionghoa telah berbondong-bondong ke kota sebagai akibat jangka panjang imigrasi Cina sejak abad ke-17. Pinggiran signifikan terletak dalam Kabupaten Cirebon padat penduduknya.

Cirebon sendiri dikenal sebagai Grage dalam dialek Cirebon dari bahasa Jawa, yang berasal dari kata "Negara Gede", yang berarti "Kerajaan besar."

Meskipun dikelilingi oleh Sunda berbahasa daerah di Jawa Barat, ahli bahasa telah menyatakan dengan jelas bahwa Cirebon (dan wilayah historis terkait kota Serang di Propinsi Banten) daerah bahasa Jawa. Selain itu, hal ini didukung oleh orang-orang Cirebon menyebut diri mereka sebagai "wong Jawa" ("orang Jawa"), dan bahasa mereka sebagai "basa Jawa" ("Jawa"). Namun, dialek Cirebon cukup berbeda dari dialek pusat yang dominan selatan Jawa yang kadang-kadang dianggap non-Jawa oleh orang luar. Lihat juga: Java, peta bahasa.

Tekstil batik dari Cirebon terutama terkenal. The Tari Topeng Cirebon, atau tari topeng Cirebon, adalah gaya tari khas kota. Tarling adalah mengingatkan tradisi musik musik suling Bandung kecapi dengan kecuali bahwa ia memiliki gitar, suling (seruling bambu) dan suara.

Sebagai kota pesisir, industri utama Cirebon adalah perikanan. Produknya termasuk terasi (terasi), kerupuk udang dan ikan asin. Cirebon dikenal untuk makanan lokal, seperti nasi lengko (nasi dicampur dengan tauge, tahu goreng, tempe goreng, atasnya dengan saus kacang dan kecap), jamblang nasi (nasi lauk berbagai), empal gentong (semacam kari ), tahu gejrot (tahu goreng atasnya dengan kecap tipis dan manis), tahu tek-tek (tahu goreng atasnya dengan saus kacang dan dicampur dengan sayuran) dan ayam Panggang (barbekyu ayam). Lain adalah makanan asli "​​Docang" (lontong dengan sup sayuran asam).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar